Sabtu, 12 Januari 2013

Event jadul



Showing posts with label EventShow all posts

Senyum Tahun Baru 2012
Mugiyo Negari Kito Kalis Tindak Culiko, Tuwin Makmur Rojo Brono


Karleb1
Lebaran
Minggu Legi, 14 Pebruari 2010 menjadi hari yang membingungkan buat saya. Sedih karena 2 dari 3 anak saya opname di rumah sakit mulai hari jum'at sedangkan hari minggu ini ada acara ngonthel di ultah Budi Luhur Klopo Sepuluh. Akhirnya dengan sedikit rayuan ke istri jadilah saya berangkat ke acara onthel (thanx my wife).

Udara masih sangat sejuk saat sirine pemberangkatan dibunyikan. Desa Wonokoyo Klopo Sepuluh bukanlah daerah pegunungan tapi rute yang dilewati lumayan naik turun. Naik turun jembatan sungai dan yang menantang adalah lintasan nanjak jembatan layang tol Surabaya-Malang dua kali (kalau berangkat lewat layang tol tentu saja pulangnya juga lewat lagi).

Keringat sempat di lap jaket lusuhku beberapa kali. Tapi rasa senang bisa mengalahkan segalanya, mengonthel yang juga diikuti banyak ibu-ibu warga setempat bergabung dengan hampir 1.000 onthelis datang dari klub Lasena Madura, Kediri dan sekitar wilayah Sidoarjo Surabaya.















Hidangan kacang rebus, ketela ubi, kentang, dan pohong rebus atau biasa disebut "polo pendem" menyambut kedatangan rombongan. Lengkap sudah melengkapi suasana jaman dulu. Sambil kipas-kipas canda tawa uluk salam mengalir. Perbincangan sampai foto bersama dengan sesepuh onthel seperti mas Kris, mas Dedy Paskas, kapiten Irmanov, pak Kaji Mulyadi Loebis, pak Lung dan lainnya sambil menghisap udut dan mengintai klithikan yang di gelar.

Selamat dan sukses buat panitia dan selamat ulang tahun klub Budi Luhur Klopo Sepuluh Sidoarjo. Terima kasih sambutan, hidangan dan segala sesuatunya.
Tidak beda dengan tahun-tahun lalu, tujuh belas Agustus selalu menjadi moment untuk memperingati sejarah perjuangan bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan. Di kantor pemerintahan maupun instansi swasta selalu ada spanduk semboyan atau tema yang tiap tahun berganti.
Terakhir saya baca di depan gedung PT. Telkom “Dengan semangat Proklamasi 17 Agustus 1945, kita tingkatkan kedewasaan kehidupan berpolitik dan berdemokrasi serta percepatan pemulihan ekonomi nasional menuju Indonesia yang bersatu, aman, adil, demokratis dan sejahtera”. Dan seperti tahun lalu juga saya selalu malas untuk menterjemahkan atau mencerna lebih dalam apa yang dimaksud oleh satu kalimat yang menurut saya dibuat seolah tersusun seindah mungkin tapi sangat luas jangkauannya , sehingga sulit untuk dikenali apakah sudah tercapai atau belum tujuan dari kalimat tersebut.
Terlepas dari kalimat “indah” tadi, kenikmatan lepas dari penjajah memang tidak lepas dari jasa para pejuang dulu, apakah mereka diakui menjadi pahlawan atau tidak, dikenali atau tidak, diketahui atau tidak, diberitakan atau tidak, menjadi omongan atau tidak namun yang pasti nikmat merdeka sudah kita rasakan. Kita hormati jasa mereka, kita hargai perjuangan para pahlawan karena kita tidak perlu menerobos maut menentang penjajah ataupun melepas maut dipeluru kompeni.
Saya teringat sepulang dari mengikuti event sepeda kuno di Gedung Juang 45 tanggal 9 Agustus kemaren.
Bersama rekan zaynal saya bermaksud mampir dulu ke rumah Supar Pakis (pelukis) untuk silaturahmi, karena rumahnya masuk kedalam jalan kecil dan banyak orang lagi ngecat dan menghias gang, terpaksa sepeda onthel dituntun (tidak dinaiki) agar lebih sopan. Tidak disangka di barisan terakhir orang yang lagi “kerja bakti “ tersebut saya dan rekan saya dihadang oleh lelaki tua yang saya yakin beliau adalah seorang veteran perang. Dengan ekspresi terkesan emosi beliau seolah marah dan mengatakan “tolong bilangi teman-teman sampeyan itu.. bendera merah putih jangan ditaruh dibelakang pantat. Dulu kita berjuang mendapatkan merah putih itu dengan berlumuran darah ....” dan beberapa kalimat lagi yang sudah tidak bisa saya ingat.
Saya sempat kaget karena perasaan saya tidak menginjak cat yang masih basah dan juga sudah turun dari sepeda onthel kok masih dimarahi sama bapak ini yah... Tapi setelah berpikir mundur akhirnya saya paham maksud bapak ini, memang tadi banyak rekan onthelis waktu konvoi meletakkan bendera merah putih di belakang jog / sadel walaupun terikat di tiang yang lebih tinggi dari kepala (mungkin bapak ini tadi melihat iring-iringan konvoi). Untungnya kami berdua meletakkan bendera merah putih kecil tidak dibelakang tapi di tiang bendera yang terikat di as roda depan (tapi tingginya hanya sebatas roda depan lebih tinggi sedikit). Saya dan rekan hanya bisa manggut-manggut mendengar tutur kata sesepuh ini lantas pamit setelah bersalaman. Maafkan kami kakek... maafkan kami para pejuang dan pahlawan karena menghormati bendera merah putih saja kami masih kurang benar.
Galeryantik.blogspot.com bekerja sama dengan Lenthero Galeri mengadakanPameran Antik, Lukisan dan Sepeda Kunodengan tajuk "MENGENANG DALAM MEMORI". Pameran yang digelar di lobi Hotel Novotel Surabaya ini berlangsung mulai 10 Juli sampai 10 Agustus 2009.
Bermacam barang antik koleksi Syaiful Hadi mulai dari patung roro blonyo, keramik dynasti kuno china, patung romawi, topeng kuno, wayang golek lembuk dipajang.





Lukisan-lukisan karya pelukis surabaya dan Komunitas Pelukis Jawa Timur dan banyak koleksi pelukis Zainal AM, juga aneka sepeda kuno milik kolektor Surabaya merk Simplex, Humber, Magneet sepeda pos, Solingen Jerman, Batavus dengan stang antiknya yang konon dulu pernah di iklankan oleh Merlyn Monroe juga menghiasi pameran tersebut.
Meskipun sedikit terlambat tapi tidak ada salahnya untuk di posting barangkali anda yang selama ini hanya melihat lewat blog ini bisa melihat langsung di area pameran jika sedang berada atau berkunjung ke Surabaya.

0 komentar:

Posting Komentar